1. Abstrak
Human Papilloma Virus
(HPV) adalah virus yang menimbulkan perubahan pada sel dan dapat menyebabkan
pertumbuhan abnormal pada jaringan. Terdapat dua jenis HPV, yaitu Low-risk HPVs dan High-risk HPVs. High-risk
HPVs merupakan salah satu penyebab carcinoma cevix.
2. Pendahuluan
Carcinoma cervix merupakan jenis kanker yang terhitung
paling banyak terjadi pada wanita, terutama di negara-negara berkembang.
Menurut International Agency for Research
on Cancer (IARC) World Health Organization, carcinoma cervix mendapat
peringkat ke-empat kanker terbanyak menyerang wanita, dengan kasus baru
berjumlah 528,000 pada riset tahun 2012. Kematian akibat carcinoma cervix
diperkirakan total 266,000 di seluruh dunia, yang mana merupakan 7.5% dari
total kematian wanita akibat kanker. Sembilan dari sepuluh kematian akibat
kanker cervix ini terjadi pada daerah kurang berkembang dengan jumlah yang
berbeda 18 kali lipat dari daerah lain di dunia.1
Sementara di Indonesia, kanker cervix mendapat peringkat
kedua sebagai penyebab utama kematian wanita karena kanker dengan perkiraan
sekitar 20,928 kasus baru kanker cervix terdiagnosis dan 9,498 kematian setiap
tahunnya pada tahun 2012 menurut ICO Information
Centre on HPV and Cancer.2
Penemuan dan riset sampai saat ini telah menyebutkan
bahwa salah satu penyebab dari carcinoma cervix yaitu Human Papilloma Virus
(HPV). Infeksi dari tipe HPV tertentu dapat mengakibatkan lesi ganas pada
jaringan epitel cervix dan bermacam lesi neoplasia pada daerah vulva, vagina,
anus, penis, dan oropharynx. Lebih dari 100 genotipe HPV telah ditemukan dan
paling sedikit 15 tipe tersebut berpotensi menyebabkan kanker pada cervix dan
organ lainnya.
Infeksi yang terjadi karena HPV pada dasarnya tergolong
sebagai infeksi menular seksual, yang mana baik laki-laki maupun perempuan
dalam saat yang sama dapat menjadi carrier
asimtomatis, penular, bahkan menjadi korban dari infeksi HPV tersebut. Namun
melalui studi epidemiologis, telah diketahui bahwa berbagai faktor lain ikut
berpotensi memengaruhi risiko penyebaran infeksi genital HPV dan carcinoma
cervix, seperti faktor seksual, faktor viral dan faktor non-viral.
Mayoritas penelitian menyebutkan dengan
jelas bahwa tingkat penyebaran HPV sangat dipengaruhi oleh aktivitas seksual.
Satu individu memiliki potensi besar untuk terinfeksi jika ia memiliki lebih
dari satu pasangan seksual ataupun ia merupakan pasangan dari orang lain yang
memiliki lebih dari satu pasangan seksual. Penggunaan kondom sendiri pada kasus
ini tidak cukup memadai sebagai proteksi terhadap HPV karena virus ini dapat
disebarkan melalui kontak dengan jaringan terinfeksi yang tidak terlindung oleh
kondom.3
Di samping itu, usia merupakan
determinan penting pada infeksi HPV. Aktivitas seksual pada usia muda juga
berpotensi meningkatkan risiko infeksi, sama halnya seperti infeksi menular
seksual lainnya seperti jengger ayam dan kanker lainnya pada individu maupun
pasangan. Menurut penelitian, mayoritas carcinoma cervix menyerang di pertemuan
antara epitel silindris pada endocervix dengan epitel kubus pada ektocervix.
Daerah tersebut merupakan daerah di mana perubahan metaplasia terjadi secara
terus menerus. Aktivitas metaplasia yang terjadi secara kontinu pada masa
pubertas dan kehamilan pertama inilah yang memiliki risiko tertinggi dengan
infeksi HPV. Prevalensi HPV berada di puncak pada usia awal dewasa (18 sampai
30 tahun) dan menurun pada usia lanjut. Namun begitu, kanker cervix lebih umum
terjadi pada wanita berusia di atas 35 tahun, mengacukan bahwa infeksi pada
usia muda memiliki proses perkembangan kanker yang lambat.
Infeksi cervikal oleh HPV tipe onkogenik, terkhusus pada
HPV-16 dan HPV-18, merupakan faktor risiko terpenting yang berpotensi mengarah
ke dysplasia tinggi dan kanker invasif. Beberapa studi menunjukkan bahwa risiko
perkembangan HPV-16 dan HPV-18 lebih besar dibanding dengan tipe HPV lain,
yakni sebesar 40%.4
Selain itu, disebutkan bahwa viral load berkaitan secara langsung dengan tingkat keparahan
penyakit. Penelitian dengan tipe spesifik kuantitatif PCR telah menunjukkan
bahwa HPV-16 mampu mencapai viral load
yang lebih tinggi daripada tipe lainnya. Penelitian lain menggunakan Hybrid
Capture IITM menyebutkan adanya viral
load HPV tertentu yang meningkat pada lesi grade tinggi. HPV yang berisiko tinggi sendiri tetap mampu
menimbulkan tumor ganas walaupun keberadaannya dalam level rendah.3
Berbagai tipe HPV juga memiliki risiko penting sebagai
faktor pertumbuhan neoplasia pada cervix. Tipe HPV ini akan berbeda secara
geografis dan asal ras serta etnis pada populasi yang dipelajari. Berdasarkan
variasi sekuens genome DNA L1, L2, dan URR pada HPV-16, lima variasi HPV
ditentukan: European (E), Asian (As), Asian-American (AA), African-1
(Af1), dan African-2 (Af2). HPV
dengan variasi Asian-American
menunjukan aktivitas onkogenik yang tinggi dibandingkan dengan variasi European oleh karena peningkatan
aktivitas transkripsional.
Beberapa studi lainnya juga menunjukkan bahwa infeksi HPV
dengan beberapa tipe sekaligus dapat terjadi. Keberadaan tipe yang bermacam ini
cenderung menambah tingkat keparahan penyakit cervikal.
Ketika HPV menginfeksi, sistem imun primer tubuh akan
melepas respons yang diperantarai sel. Kondisi lain yang merangsang respons
imunitas tersebut seperti transplantasi ginjal maupun infeksi HIV juga
berpotensi meningkatkan pergerakan dan pertumbuhan HPV. Genome URR pada HPV
memiliki sekuens yang hampir serupa dengan elemen responsif glukokortikoid.
Elemen ini mudah terinduksi oleh hormon steroid seperti progesteron yang mana
mengandung komponen aktif seperti pada obat-obatan kontrasepsi oral. Menurut
beberapa studi, penggunaan kontrasepsi oral yang berlebih dan terus menerus
memiliki risiko yang signifikan terhadap penyakit cervikal bagi penggunanya.
Variabel lain termasuk kebiasaan merokok serta tingkat
kehamilan dan gestasi yang tinggi juga dapat memengaruhi faktor risiko
carcinoma cervix. Merokok dapat menyebabkan penekanan sistem imun lokal. Selain
itu aktivitas mutagenik dari komponen rokok yang merusak sel cervix juga
berkontribusi terhadap ketahanan HPV serta mampu menghasilkan transformasi
ganas. Faktor berpotensi lainnya seperti tingkat konsumsi alkohol dan diet
tertentu belum diyakini melalui studi dan riset.
Petunjuk lainnya menyebutkan bahwa virus lain penyebab
infeksi menular seksual berpotensi memiliki peran sebagai kofaktor pada
perkembangan carcinoma cervix. Disebutkan pula koinfeksi dengan herpes simplex virus type 2 (HSV-2) berpotensi menginisiasi
kanker cervix. Cytomegalovirus (CMV),
human herpes virus 6 (HHV-6) dan
HHV-7 juga terdeteksi dapat berkembang pada cervix. Koinfeksi tersebut dapat
memberi oportunitas untuk interaksi dengan HPV, namun penelitian baru yang
menggunakan PCR untuk deteksi CMV, HHV-6 dan HHV-7 pada wanita dengan hasil tes
sitologi abnormal mengindikasikan bahwa virus tersebut tidak terlibat pada
perkembangan carcinoma cervix.
Selain itu, kecenderungan genetik telah ditemukan sebagai
satu komponen berisiko ketika heritabilitas genetik terhitung berkisar 27%
berperan pada perkembangan tumor. Heritabilitas dapat memengaruhi banyak faktor
terkait dengan pertumbuhan carcinoma cervix; ini termasuk tingkat kerentanan
individu terhadap infeksi HPV, kemampuan individu melawan infeksi HPV, serta
periode waktu perkembangan infeksi. Sementara itu pengaruh dari lingkungan
keluarga tidak terlihat signifikan, yakni pada angka 2% dan tidak ditemukan
antara ibu dan anak melainkan antar saudara perempuan.
3. Aspek Klinis dan
Carcinoma Cervix
Carcinoma cervix tidak menimbulkan gejala khusus pada tahap awal penyakitnya
(prekanker). Sehingga diperlukan cervical
smear test secara rutin. Gejala baru muncul ketika kanker menjadi invasive
dan tumbuh ke dalam jaringan di dekatnya.5
Gejala dan tanda-tanda tersebut berupa ketidak teraturan siklus haid yang
dapat menjadi lebih lama atau lebih cepat dari biasanya, perdarahan abnormal
pada vagina yang dapat terjadi setelah berhubungan seksual atau setelah
menopause, timbulnya rasa sakit pada pelvic, pengeluaran sekret vagina yang
abnormal berwarna kuning dan berbau, iritasi vagina serta mukosa vulva,
penurunan berat badan, timbul rasa lelah, back
pain, timbul rasa sakit dan bengkak.6
Staging adalah cara yang digunakan untuk
menjelaskan dimana kanker itu terletak, dimana kanker tersebar dan dimana
kanker menginfeksi bagian lain dari tubuh. Para dokter menggunakan tes
diagnostic untuk mengetahui tingkatan kanker, sehingga staging tidak dapat
lengkap hingga akhir tes terselesaikan. Staging membantu dokter untuk
memutuskan jenis perawatan terbaik yang dapat dilakukan dan membantu memprediksi
prognosis bagi pasien, sehingga memberi kesempatan untuk sembuh. Terdapat
beberapa perbedaan ciri-ciri pada setiap tipe kanker.
Salah satu tipe staging kanker adalah system TNM.
Para dokter menggunakan hasil dari tes diagnostic dan scan sebagai jawaban dari
pertanyaan berikut ini:
a. Tumor (T): Seberapa luas tumor primer? Dimana tumor
terletak?
b. Node (N): Apakah tumor sudah tersebar hingga lymph
nodes? Jika begitu, dimana dan seberapa banyak?
c. Metastasis (M): Apakah kanker sudah metastasi ke bagian
tubuh lainnya? jika begitu, dimana dan seberapa banyak?
Hasilnya akan dikombinasikan untuk menentukan
tingkatan kanker setiap orang. Untuk carcinoma cervix, ada 5 tingkatan yaitu
tingkat 0 (nol) dan tingkat I sampai IV (satu sampai empat).7
Tabel Tingkat Carcinoma Cervix
Stage
|
Deskripsi
|
0
|
tumor disebut dengan carcinoma in situ. Kanker
hanya ditemukan di lapisan pertama sel yang ada pada cervix, tidak di
jaringan yang lebih dalam.
|
I
|
kanker
sudah tersebar dari cervix hingga jaringan yang lebih dalam tetapi masih
ditemukan di uterus. Tidak tersebar hingga lymph nodes atau bagian tubuh
lainnya.
|
Ia
|
ada sejumlah kecil kanker dan dpat dilihat di
bawah mikroskop, tidak
tersebar di sekitar lymph nodes.
|
Ia1
|
area
kanker dalamnya kurang dari 3 mm dan lebarnya kurang dari 7 mm, tidak tersebar di sekitar lymph nodes.
|
Ia2
|
area
yang terserang kanker dalamnya sekitar 3 mm dan 5 mm dan lebarnya kurang dari
7 mm, tidak tersebar
di sekitar lymph nodes.
|
Ib
|
dapat diihat tanpa melalui mikroskop, tidak tersebar di sekitar lymph nodes.
|
Ib1
|
kanker
dapat terlihat tetapi tidak lebih lebar dari 4 cm., tidak tersebar di sekitar lymph nodes.
|
Ib2
|
kanker
dapat terlihat dan lebih lebar dari 4 cm, tidak tersebar di sekitar lymph nodes.
|
II
|
kanker
sudah tersebar hingga area di luar cervix, seperti vagina
atau jaringan di dekat cervix, tetapi masih di dalam area pelvis. Kanker belum tersebar hingga lymph
nodes atau bagian tubuh lainnya.
|
IIa
|
kanker belum tersebar hingga ke jaringan di dekat
cervix (parametria), tidak
tersebar di sekitar lymph nodes.
|
IIa1
|
kanker
dapat terlihat tetapi tidak lebih lebar dari 4 cm, tidak tersebar di sekitar lymph nodes.
|
IIa2
|
kanker
dapat terlihat dan lebih lebar dari 4 cm, tidak tersebar di sekitar lymph nodes.
|
IIb
|
Stage IIb: kanker
sudah tersebar ke jaringan di dekat cervix (parametria), tidak tersebar di sekitar lymph nodes.
|
III
|
kanker sudah tersebar hingga ke luar cervix dan
vagina tetapi belum sampai lymph nodes atau bagian tubuh lainnya.
|
IIIa
|
kanker
sudah tersebar hingga bagian bawah vagina tetapi tidak sampai bagian tubuh
lainnya.
|
IIIb
|
kanker sudah tersebar hingga dinding pelvis dan
lymph nodes tetapi belum hingga bagian tubuh lainnya, tersebar hingga dinding pelvis.
|
IVa
|
kanker
tersebar hingga
bladder atau rectum dan kemungkinan dapat hingga lymph nodes, tetapi tidak
tersebar hingga bagian tubuh lainnya.
|
IVb
|
kanker tersebar hingga bagian tubuh lainnya
|
Tabel
Tingkat Carcinoma Cervix. Diambil dari : Cervical cancer stages [Internet]. Cancer.org. 2016 [disitasi
16 January 2017]. Tersedia di : http://www.cancer.org/cancer/cervicalcancer/detailedguide/cervical-cancer-staged
Ada berbagai jenis pengobatan yang tersedia bagi penderita carcinoma cervix. Beberapa pengobatan merupakan pengobatan standar yang sudah resmi dan ada pengobatan yang sedang diuji dalam uji klinis. Maksud dari pengobatan yang sedang dalam uji klinis adalah sebuah studi penelitian yang dimaksudkan untuk membantu meningkatkan mutu pengobatan saat ini ataupun menambah informasi pada pembuatan pengobatan baru untuk pasien kanker.
Ada 3 tipe pengobatan standar yang biasa digunakan untuk mengobati carcinoma cervix9, yaitu :
a. Operasi (surgery)
Merupakan salah satu pilihan pengobatan untuk carcinoma cervix, dengan cara menghilangkan sel kanker dengan operasi. Ada banyak tipe operasi yang sering digunakan seperti : Conization, Total hysterectomy, Hysterectomy, Radical hysterectomy, Modified radical hysterectomy, Pelvic exenteration, Cryosurgery, Laser surgery, Loop electrosurgical excision procedure (LEEP).
b.
Terapi radiasi
Merupakan salah satu tipe pengobatan kanker yang menggunakan sinar dari
energy yang kuat untuk membunuh sel kanker. Kebanyakan terapi radiasi biasanya
menggunakan energi dari sinar X-rays, tetapi sumber energinya juga dapat dari
proton atau sumber energy lainnya10. Tujuan utama dari terapi ini
adalah untuk menghancurkan sel kanker. Ada 2 jenis terapi radiasi yaitu, terapi
external dan terapi internal. Terapi external merupakan terapi yang menggunakan
mesin untuk mengirim radiasi dari luar tubuh ke organ atau jaringan yang
mengalami abnormalitas. Terapi internal merupakan terapi yang menggunakan
substansi radioaktif yang disisipkan dalam jarum, biji, kabel atau kateter yang
kemudian dimasukkan kedalam tubuh dan ditempatkan didekat atau langsung di sel
kanker.
c.
Kemoterapi
Merupakan
pengobatan yang menggunakan obat – obatan untuk menghentikan pertumbuhan dari
sel kanker ataupun membunuh sel kanker dengan cara menghentikan sel kanker
tersebut membelah. Kemoterapi dapat diberikan melalui mulut, injeksi, infusi
atau langsung injeksi di kulit, bergantung pada tipe dan stage dari kanker itu
sendiri. Terapi ini dapat diberikan dengan atau tanpa pengobatan lainnya
seperti, operasi, terapi radiasi atau terapi biologi11.
Sesuai dengan pembagiannya, carcinoma cervix dibagi berdasarkan staging dan
treatment yang diberikan pada setiap stage tersebut berbeda – beda. Maka dari
itu European Society for Medical Oncology (ESMO) dan the National Comprehesive
Cancer Network (NCCN) telah mengeluarkan guidelines untuk management treatment
dari carcinoma cervix, management treatment carcinoma cervix ini diringkas
dalam tabel dibawah ini.
Tabel Treatment Carcinoma Cervix
STAGE
|
TREATMENT
|
|
Early disease
|
Stage IA1
|
Operasi,
Total hysterectomy, radical hysterectomy dan conization
|
Stage IA2, IB
atau IIA
|
menggabungkan radiasi sinar eksternal dengan
brachytherapy dan radical hysterectomy dengan bilateral pelvic
lymphadenectomy untuk pasien dengan stadium IB atau IIA
radical
vaginal trachelectomy dengan pelvic lymph node dissection yang merupakan cara
yang sesuai untuk menjaga kesuburan bagi wanita yang menderita penyakit
dengan stage IA2 dan stage IB1 yang lesinya kurang dari sama dengan 2
kemoterapi berbasis cisplatin dengan radiasi untuk
pasien stage IA-IIA yang memiliki fitur khusus yang berisiko tinggi (kelenjar
getah bening yang positif, margin bedah, dan / atau parametria)
|
|
Advanced
disease
|
Stage IIB,
III atau IVA
|
Kemoterapi
berbasis cisplatin dengan radiasi
|
Metastatic
disease
|
Stage IVB
|
cisplatin secara paliatif, terapi radiasi untuk kontrol
perdarahan dan nyeri, dan kemoterapi sistemik untuk penyakit disebarluaskan
termasuk cisplatin, paditaxel, carboplatin, docetaxel, topotecan, dan
bevacizumab
|
Tabel Treatment
Carcinoma Cervix. Diambil dari : Arbyn
M. IARC Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans. Vol. 90,
Human Papillomaviruses. Phytochemistry. 2004;90(1):48.
Angka kelangsungan hidup selama 5 tahun mengacu pada
presentase pasien yang masih mampu bertahan hidup selama 5 tahun setelah
didiagnosa mengidap kanker. Hal ni memungkinkan banyak pasien yang tinggal
lebih dari 5 tahun. Dalam tahun kematian, diperlukan terapi atau pengobatan
baru dan diagnosis yang cepat agar memungkinkan kelangsungan hidup selama 5
tahun.
Rata-rata kehilangan potensi hidup dari carcinoma cervix
adalah 25.3, menurut SEER Cancer
Statistics Review 1975-2000, National Cancer Institute (NCI). Perbandingan
kematian karena carcinoma cervix berpengaruh pada kanker di tahun 2002 yang
dihitung oleh SEEN pada 2002 di United
States sekitar 35.4%. Melakukan screening dapat menyelamatkan 5.000 tempat
tinggal di UK dan 2 tahun pap test dapat menurunkan pengaruh carcinoma cervix
sekitar 90% di Australia dan menyelamatkan 1.200 wanita Australia.
Angka kematian dalam jumlah yang besar pada orang yang
mengidap kanker, tidak dapat memprediksi apa yang terjadi pada seseorang dengan
100% akurat. Ini adalah alasan mengapa beberapa orang tidak ingin tau berapa
angka kematian yang disebabkan kanker.13
Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menekan
jumlah carcinoma cervix, yaitu :
a.
Tes Skrining
Cara terbaik untuk
mencegah kanker adalah dengan melakukan tes (screening) untuk menemukan
pre-cancer sebelum sebelum stadium lanjut. Pap test atau pap smear dan human papilloma
virus (HPV) test juga dapat digunakan. Jika pre-cancer ditemukan, dapat
diatasi dengan memberhentikan kanker sebelum stadium lanjut. Kebanyakan carcinoma
cervix ditemukan pada wanita. Pap test digunakan untuk mengumpulkan (collect)
sel dari serviks sehingga dapat dilihat dibawah mikroskop untuk menemukan
cancer dan pre-cancer.
b.Menghindari kontak dengan human
papilloma virus (HPV)
Mengetahui HPV sebagai penyebab carcinoma cervix,
menghindari HPV dapat membantu untuk mencegah penyakit ini. HPV dapat
ditularkan melalui satu orang kepada yang lainnya dapat melalui kontak kulit
dengan infeksi pada tubuh. HPV dapat menyebar selama melakukan hubungan sex
seperti vaginal, anal dan oral sex. Artinya,virus dapat menyebar melalui kontak
genital. Dapat juga menyebar melalui kontak tangan dengan genital. 14
c.
Memperoleh
Vaksin
Vaksin dapat
melindungi tubuh dari infeksi virus human papilloma. Terdapat dua
vaksin HPV yang tersedia untuk melindungi perempuan terhadap jenis HPV yang
menyebabkan carcinoma cervix. Kedua vaksin yang direkomendasikan untuk remaja
perempuan usia 11-12 tahun, dan untuk wanita 13 sampai 26 tahun yang tidak
mendapatkan salah satu atau semua dari vaksin ketika mereka masih muda. Vaksin
ini juga dapat diberikan pada remaja perempuan usia 9 tahun. Disarankan bahwa
wanita mendapatkan merk vaksin yang sama untuk tiga dosis keseluruhan, bila
memungkinkan.15 Penting untuk dicatat bahwa wanita yang divaksinasi
terhadap HPV perlu memiliki Pap Smear secara teratur untuk skrining carcinoma
cervix. Vaksin melindungi dari infeksi HPV selama 6 sampai 8 tahun. Hal ini
tidak diketahui apakah perlindungan berlangsung lebih lama. Vaksin-vaksin tidak
melindungi perempuan yang sudah terinfeksi dengan HPV.
d.
Menghindari faktor risiko dan
meningkatkan faktor proteksi dapat membantu mencegah kanker.
Menghindari
faktor risiko kanker dapat membantu mencegah kanker tertentu. Faktor risiko
meliputi merokok, kelebihan berat badan, dan tidak cukup berolahraga.
Meningkatkan faktor proteksi seperti berhenti merokok, makan makanan yang
sehat, dan berolahraga juga dapat membantu mencegah beberapa jenis kanker.16
4. HPV
Sebagai Penyebab Carcinoma Cervix
HPV adalah kelompok virus yang memiliki lebih dari 200
virus terkait. HPV adalah jenis virus yang menyebabkan adanya perubahan pada
sel dan dapat menyebabkan pertumbuhan tidak normal pada jaringan. HPV ada yang
dapat ditransmisikan melalui hubungan seksual dan ada yang tidak. Lebih dari 40
jenis HPV dapat dengan mudah ditransmisikan melalui hubungan seksual langsung
akibat kontak dengan kulit dan membran mukosa seseorang yang terinfeksi HPV.
HPV merupakan virus kecil, tidak berkapsul, virus DNA icosahedral yang memiliki diameter 52-55
nm. Viral particles HPV terdiri dari
satu molekul DNA untai ganda dengan kurang lebih 8000 base-pairs (bp) yang berikatan dengan histon, berada pada suatu
protein kapsid yang terdiri dari 72 pentametric
capsomers. Kapsid terdiri dari dua protein structural, yaitu late (L) 1 (berukuran 55 kDa; 80% dari
keseluruhan protein virus) dan L2 (70 kDa). Virus-like
particles (VLPs) dapat diproduksi dengan ekspresi dari L1 secara
individual, atau dengan kombinasi dengan L2. Virion utuh memiliki kepadatan
1,34 g/mL dalam cesium chloride dan
koefisien sedimentasi (S20, W) 300.17
Jenis HPV yang dapat ditransmisikan melalui hubungan
seksual dibagi menjadi dua kategori, yaitu low-risk
HPVs dan high-risk HPVs. Low-risk HPVs tidak menyebabkan kanker,
tetapi dapat menyebabkan penyakit lainnya seperti kutil pada kemaluan atau
sekitarnya, anus, mulut, atau tenggorokan. Contoh dari low-risk HPVs, HPV tipe 6 dan 11, dapat menyebabkan papillomatosis pernapasan. High-risk HPVs memiliki sifat yang
berkebalikan dengan low-risk HPVs. High-risk HPVs dapat menyebabkan kanker,
dengan jenis utama penyebab kanker HPV yaitu, HPV tipe 16 dan 18. Dua tipe HPV
tersebut bertanggungjawab sebagai penyebab 70% carcinoma cervix dari seluruh
jenis carcinoma cervix yang ada.18
High-risk HPVs dapat menimbulkan kanker apabila menginfeksi sel-sel
epitel. Setelah HPV memasuki sel epitel, virus tersebut akan menghasilkan dua
jenis protein, yaitu protein E6 dan E7. Dua protein tersebut berperan dalam
menonaktifkan beberapa gen penghambat pertumbuhan yang disebut tumor suppressor genes. Sel yang
terinfeksi pada serviks, oleh karena hilangnya ekspresi tumor suppressor genes, akan terus menerus mengalami pertumbuhan.
Hal ini diperburuk dengan keadaan di mana, meski sistem imun tubuh mendeteksi
sel terinfeksi, sel-sel tersebut tidak dapat dihancurkan seluruhnya karena
dinonaktifkannya ekspresi gen supresor. Pertumbuhan dari sel terinfeksi ini
akan menyebabkan berbagai perubahan pada serviks, dan pada akhirnya akan
membawa serviks pada keadaan yang disebut dengan kanker.18,19
5. Patogenesis
Infeksi HPV dan Perjalanan Alamiah Carcinoma Cervix
Perkembangan
carcinoma cervix dimulai dari pre-invasive stage yang sering disebut
dengan cervical intraepithelial neoplasia (CIN) menjadi invasive
carcinoma stage. CIN 1 adalah kondisi dimana satu pertiga bagian sel
terinfeksi dan akan menyebabkan mild dysplasia. Untuk CIN 2, dua pertiga
bagian dari sel terinfeksi dan apabila hampir seluruh sel terinfeksi berarti
pasien berada pada CIN level 3 atau disebut juga dengan carcinoma in situ.
CIN 2 dan 3 menyebabkan moderate dysplasia dan severe dysplasia.20
Saat sel yang terinfeksi menembus basement membrane, invasive
carcinoma stage akan dimulai. Pada tahap ini, sel yang terinfeksi atau sel
kanker akan memiliki kemampuan untuk bermetastasis ke organ-organ di dalam
tubuh, dan dalam kasus ini adalah pada serviks.
Selain
dari sistem CIN, digunakan juga sistem Bethesda dengan pengelompokan low-grade
squamous intraepithelial lesion (LSIL) dan high-grade squamous
intraepithelial lesion (HSIL). Sistem ini pertama kali dikenalkan oleh National
Cancer Institute pada bulan Desember 1988. LSIL adalah kondisi yang serupa
dengan CIN level 1, sedangkan untuk HSIL sama dengan CIN level 2 dan 3 (CIN2,
CIN 3, atau CIN 2-3).21 Pada tahapan HSIL, perkembangan sel kanker
berlangsung dengan cepat dan pada akhirnya akan berubah menjadi invasive
carcinoma. Waktu yang diperlukan untuk mild dan moderate
dysplasia untuk berubah menjadi carcinoma in situ diperkirakan
mencapai 1 hingga 7 tahun. Setelah itu, carcinoma in situ akan
berkembang lagi dan menjadi invasif dalam waktu 3 sampai 20 tahun.
Infeksi
dimulai ketika HPV mulai menyerang sel epitel melalui transmisi. Aktivitas
seksual adalah jalan utama dalam transmisi infeksi HPV genital. HPV memiliki
kencederungan menyerang sel epitel pada organ serviks, di mana sel epitel ini
sendiri dikelompokkan menjadi non-differentiated basal monolayer dan suprabasal
differentiated non-poliferating epidermis. Lapisan basal terletak di atas
membrane dasar sedangkan di bawahnya terdapat lapisan cervical stromal.
Sel-sel basal imatur yang sudah membelah akan bergerak ke atas melalui lapisan
epidermis, di mana nantinya mereka akan terpotong sebagai bagian dari proses
pematangan epitel.
Traumatic
micro-abrasions, yang seringkali terjadi selama proses
berhubungan seksual, akan membuka sel
lapisan basal untuk jalan masuknya HPV ke dalam tubuh. Jalan masuk sel ini
diyakini bersifat receptor-mediated dan bahkan beberapa laporan sudah
menunjukkan heparin sulfat sebagai molekul yang terlibat dalam proses ini.
Replikasi HPV memanfaatkan normal replicative machinery dari sel-sel
leher rahim, yang sudah dihancurkan oleh protein virus E1 dan E2. Jumlah dari
virus ini biasanya akan dipertahankan pada 100 episomal-copy di
tiap-tiap sel basal dan infeksi awal memicu ledakan replikasi virus hingga
tingkat ini.
Sel-sel
basal yang terinfeksi HPV terus membelah dan masing-masing sel basal membentuk
dua sel anak yang mengandung bahan genom virus. Satu sel dari pasangan ini akan
menetap pada lapisan basal untuk mempertahankan kemampuan membelah, karena itu
sel ini akan bekerja sebagai repositori dalam proses replikasi virus, di mana
replikasi ini sendiri membutuhkan pembelahan sel yang aktif dalam rangka
mempertahankan siklus hidupnya. Sedangkan sel anak lainnya akan tetap bergerak
ke atas melalui lapisan suprabasal, di mana sel akan dibedakan dan akhirnya
akan dikeluarkan dari permukaan epitel. Untuk memastikan bahwa sel-sel serviks dipertahankan
dalam keadaan pertumbuhan dan pembelahan konstan, protein awal HPV
diekspresikan, di mana hal ini akan merangsang dan menyebarkan pertumbuhan sel.
Protein
yang merangsang dan memperluas penyebaran ini adalah gen E5, E6, dan E7.
Setelah diferensiasi selular di lapisan suprabasal, genom virus akan
direplikasi menjadi 10.000 atau lebih genom, dan ekspresi dari gen E4, L1, dan
L2 akan dipicu. Protein-protein L1 (mayor) dan L2 (minor) ini membentuk
struktur kapsid di sekitar gen-gen virus. Setelah perakitan ini selesai,
partikel virus yang sudah matang akan dilepaskan dari sel-sel epitel selama
proses terminal shedding dari lapisan epitel. Hal ini menunjukkan bahwa
protein virus E4 itu memfasilitasi pelepasan dan penyebaran HPV dari daerah
keratin melalui runtuhnya filament keratin di dalam sel skuamosa yang sudah
tua. 22
Tahap-tahap
di atas berkembang terus menerus secara bertahap dari (CIN) ringat ke
tingkat yang lebih berat dari neoplasia (CIN 2 dan CIN 3) dan
akhirnya menuju pada kanker invasif. Hal ini ditunjukkan pula dengan fakta
bahwa infeksi HPV memiliki risiko yang lebih tinggi pada awal infeksi didukung
dengan hubungannya terhadap faktor-faktor lain yang meningkatkan kemampuan
transformasi sel yang pada akhirnya akan menyebabkan perkembangan bertahap
untuk menuju penyakit yang lebih parah.
Displasia
ringan seringkali diasosiasikan dengan proses replikasi virus yang merupakan
lanjutan dari proses virus shedding dan sebagian besar lesi ini bergerak
mundur secara spontan. Perkembangan lesi dalam tingkat yang lebih berat (CIN
2/3) dan kanker yang akhirnya menyerang secara invasive biasanya
berhubungan dengan perubahan gen virus dari bentuk episom ke bentuk yang
terintegrasi. Hal ini terjadi bersamaan dengan inaktivasi atau penghapusan
daerah E2 dan ekspresi gen produk E6 atau E7. Beberapa peneliti yang telah
menemukan hubungan antara jenis HPV dengan infeksi pada tingkat yang berbeda
mengatakan bahwa CIN 1 dan CIN 2/3 terjadi melalui proses infeksi
yang berbeda. CIN 1 menunjukkan self limited sexually transmitted HPV
infection sedangkan CIN 2 atau CIN 3 terbukti merupakan
satu-satunya prekursor carcinoma cervix. 23
Perkembangan
perubahan sel-sel serviks dari awal mula terkena infeksi hingga mencapai carcinoma
cervix membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 20 tahun, meskipun terdapat laporan
bahwa dalam beberapa kasus yang cukup langka hanya membutuhkan waktu 1 hingga 2
tahun setelah berhubungan seksual. Durasi infeksi HPV ini umumnya terkait
dengan jenis HPV seperti pada infeksi HPV berisiko tinggi / High Risk
(HR)HPV rata-rata berlangsung lebih lama dibandingkan dengan infeksi HPV
berisiko rendah / Low Risk (LR) HPV. Penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan sebab akibat antara infeksi HPV berisiko tinggi / High Risk
(HR)HPV dengan kemungkinan bahwa infeksi ini akan berkembang ke arah lesi
prakanker / karsinoma. Kira-kira terdapat 20%-30% wanita diseluruh dunia dengan
infeksi HPV berisiko tinggi / High Risk (HR)HPV (>12 bulan) akan
didiagnosis dengan adanya high grade abnormality dalam waktu 30 bulan.
22
Meskipun
infeksi HPV yang menyerang perempuan yang aktif secara seksual memiliki
presentase yang tinggi, hanya sedikit yang akan berkembang menjadi kanker
seviks. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa sebagian besar wanita telah
mampu dibersihkan dari infeksi HPV melalui sistem kekebalan tubuh yang
kompeten. Kira-kira, 90% infeksi dibersihkan dalam waktu 12-36 bulan sejak
terdapat lesi pertama. Faktor-faktor lain seperti genetic predisposition,
frekuensi infeksi berulang, variasi intratypic genetic dalam jenis HPV,
co-infeksi dengan lebih dari satu jenis HPV, dan tingkatan-tingkatan hormonal
juga dapat mendukung pembersihan infeksi HPV. 23
6.
Kesimpulan
Human
Papilloma Virus (HPV) merupakan virus yang menimbulkan perubahan pada sel dan
dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada jaringan dengan dua jenis yaitu Low-risk HPVs dan High-risk HPVs. High-risk
HPVs merupakan salah satu penyebab carcinoma cevix. Risiko penyebaran
infeksi HPV dan carcinoma cervix dipengaruhi oleh faktor seksual, faktor viral,
dan faktor non-viral. Gejala carcinoma cervix terlihat
ketika kanker menjadi invasif. Untuk mengetahui letak, penyebaran, serta bagian
tubuh yang terinfeksi kanker, digunakan staging. Salah satu tipe staging adalah
TNM. Terdapat lima tingkatan kanker, yaitu tingkat 0 (nol) dan I sampai IV
(satu sampai empat). Pengobatan standar untuk mengobati carcinoma cervix antara
lain operasi, terapi radiasi, serta kemoterapi. Sedangkan usaha pencegahan yang
dapat dilakukan meliputi tes screening, menghindari kontak dengan HPV,
memperoleh vaksin, serta menghindari faktor risiko dan meningkatkan faktor
proteksi.
Daftar
Pustaka
1.
World
Health Organization. GLOBOCAN Cancer Fact Sheets: Cervical Cancer [Internet].
International Agency for Research on Cancer; 2012. [disitasi
16 Januari 2017]. Tersedia di:
http://globocan.iarc.fr/old/FactSheets/cancers/cervix-new.asp
2.
ICO
Institut Català d'Oncologia. Human Papillomavirus and Related Diseases Report
[Internet]. Barcelona: ICO Information Centre on HPV and Cancer; 2016 p. 6-14. [disitasi 16 Januari 2017]. ersedia di:
http://www.hpvcentre.net/statistics/reports/IDN.pdf
3.
Méndez-Vilas
A. Human Papillomavirus Infection and Cervical Cancer: Pathogenesis and Epidemiology.
Communicating Current Research and Educational Topics and Trends in Applied
Microbiology [Internet]. 2007 [disitasi 16 January 2017];:685-687. Tersedia di:
http://www.formatex.org/microbio/pdf/pages680-688.pdf
4.
Castellsagué
X. Natural history and epidemiology of HPV infection and cervical cancer.
Gynecologic Oncology [ebook]. 2008;110(3):S4-S7. Tersedia di: [disitasi 17 Januari 2017]. http://www.hu.ufsc.br/projeto_hpv/Natural%20history%20and%20epidemiology%20of%20HPV%20infection%20and%20cervical%20cancer.pdf
5. Signs
and Symptoms of Cervical Cancer [internet]. American Cancer Society. 2017
[disitasi 19 Januari 2017]. Tersedia di : http://m.cancer.org/cancer/cervical-cancer/detection-diagnosis-staging/signs-symptoms.html
6. Cervical
Cancer-Symptoms [internet]. Nhs.uk. 2015 [disitasi 19 Januari 2017]. Tersedia
di : http://www.nhs.uk/Conditions/Cancer-of-the-cervix/Pages/Symptoms.aspx
7.
Cervical Cancer: Stages |
Cancer.Net [Internet]. Cancer.Net. 2016 [disitasi 16 January 2017]. Tersedia di
: http://www.cancer.net/cancer-types/cervical-cancer/stages
8.
Cervical cancer stages [Internet].
Cancer.org. 2016 [disitasi 16 January 2017]. Tersedia di : http://www.cancer.org/cancer/cervicalcancer/detailedguide/cervical-cancer-staged
9.
Quilt Display -
Alliance O, Quilt Display - Alliance O, Social Mixer T, The Timmie Initiative
2017 - Raleigh N, The Timmie Initiative 2017 - Raleigh N, Awareness over the
Airwaves - Baytown T et al. Treatment - NCCC [Internet]. NCCC. 2017 [diakses
pada 16 Januari 2017]. Tersedia di: http://www.nccc-online.org/hpvcervical-cancer/treatment/
10.
Radiation therapy -
Mayo Clinic [Internet]. Mayo Clinic. 2017 [diakses pada 16 Januari 2017].
Tersedia di: http://www.mayoclinic.org/tests-procedures/radiation-therapy/basics/definition/prc-20014327
11. NCI Dictionary of Cancer Terms [Internet].
National Cancer Institute. 2017 [diakses pada 16 Januari 2017]. Tersedia di: https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms?cdrid=45214
12. Arbyn
M. IARC Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans. Vol. 90,
Human Papillomaviruses. Phytochemistry. 2004;90(1):48.
13.
News
Medical.2016.Prognosis Of Ceervical Cancer. [disitasi 16
Januari 2017]. Diakses dari http://www.news-medical.net/health/Cervical-Cancer-Prognosis.aspx
14.
National Cancer
Institute.2014.Prevention of Cervical Cancer. [disitasi 16 Januari
2017]. Diakses dari http://www.cancer.org/cancer/cervicalcancer/moreinformation/cervicalcancerpreventionandearlydetection/cervical-cancer-prevention-and-early-detection
15.
Centers for Disease Control and
Prevention. 2013. Gynecologic Cancer: Cervical Cancer Prevention. [disitasi
16 Januari 2017]. Tersedia di : http://www.cdc.gov/cancer/cervical/basic_info/prevention.htm
16.
National Cancer Institute. 2012.
Cervical Cancer Prevention. [disitasi 16 Januari 2017]. Tersedia
di : http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/prevention/cervical/Patient/page3
17.
Jin, X.W. (2010). Cervical Cancer Screening and Prevention.
18.
Herrington, C.S., Baak J.P.A. and Mutter, G.L. (2015).
Cervical Squamous Intraepithelial Lesions.
19. Pathogenesis
of cervical cancer [internet]. 2013 [diakses pada 15 Januari 2017]. Tersedia di
: http://ww2.health.wa.gov.au/Articles/N_R/Pathogenesis-of-cervical-cancer
20. A.
Okechukwu, Ibeanu. Molecular pathogenesis of cervical cancer [ebook]. 2011
[diakses pada 15 Januari 2017]. Tersedia di : http://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.4161/cbt.11.3.14686
21.
Gómez, D. and Santos, J. (2010). Human Papillomavirus Infection And Cervical
Cancer: Pathogenesis And Epidemiology. 1st ed. [ebook] Guadalajara,
Spain: Service of Clinical Analysis. University Hospital of Guadalajara.
Tersedia di : http://www.formatex.org/microbio/pdf/pages680-688.pdf [diakses
pada : 15 Jan. 2017].
22. HPV and Cancer
[Internet]. National Cancer Institute. [cited 15 January 2017]. Tersedia di : https://www.cancer.gov/about-cancer/causes-prevention/risk/infectious-agents/hpv-fact-sheet
23.
Do
we know what causes cervical cancer? [Internet]. Cancer.org. [cited 15 January
2017]. Tersedia di : http://www.cancer.org/cancer/cervicalcancer/detailedguide/cervical-cancer-what-causes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar