Jumat, 03 November 2017

Ternak Burung Walet

1.  SEJARAH SINGKAT

Burung Walet mrp burung pemakan serangga yg bersifat aerial & suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dgn ukuran tubuh sedang/kecil, & memiliki sayap berbentuk sabit yg sempit & runcing, kakinya sgt kecil begitu juga paruhnya & jenis burung walet tdk pernah hinggap di pohon.

Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yg cukup lembab, remang-remang sampai gelap & menggunakan langit- langit utk menempelkan sarang sbg tempat beristirahat & berbiak.

 
2.  SENTRA PERIKANAN

Sentra Peternakan burung banyak terdpt di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur & Jawa Tengah
3.  JENIS

Klasifikasi burung walet adalah sbg berikut:
Superorder  : Apomorphae
Order         : Apodiformes
Family        : Apodidae
Sub Family  : Apodenae
Tribes         : Collacaliini
Genera       : Collacalia
Species      : Collacaliafuciphaga


 4.  MANFAAT

Hasil dr peternakan walet ini adalah sarangnya yg terbuat dr air liurnya (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yg tinggi, juga dpt bermanfaat bagi dunia kesehatan. Manfaat sarang walet untuk kesehatan berguna utk menyembuhkan paru-paru, panas dlm, melancarkan peredaran darah & penambah tenaga.

5.  PERSYARATAN LOKASI

Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah:
1) Dataran rendah dgn ketinggian maksimum 1000 m dpl.
2) Daerah yg jauh dr jangkauan pengaruh kemajuan teknologi & perkembangan masyarakat.
3) Daerah yg jauh dr gangguan burung-burung buas pemakan daging.
4) Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yg paling tepat.

6.  PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana & Peralatan

1) Suhu, Kelembaban & Penerangan

Gedung utk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban & penerangan yg mirip dgn gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C & kelembaban 80-95 %.

Pengaturan kondisi suhu & kelembaban dilakukan dgn:
a. Melapisi plafon dgn sekam setebal 20 cm
b. M’buat  saluran-saluran air atau kolam dlm gedung.
c. Menggunakan ventilasi dr pipa bentuk “L” yg berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm
d. Menutup rapat pintu, jendela & lubang yg tdk terpakai.
e. Pd lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yg berbentuk corong dr goni atau kain berwarna hitam shg keadaan dlm gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.

2) Bentuk & Konstruksi Gedung

Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi dr 10x15 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) & semakin besar jarak antara wuwungan & plafon, makin baik rumah walet & lebih disukai burung walet. Rumah tdk boleh tertutup oleh pepohonan tinggi.

Tembok gedung dibuat dr dinding berplester sedangkan bagian luar dr campuran semen. Bagian dlm tembok sebaiknya dibuat dr campuran pasir, kapur & semen dgn perbandingan 3:2:1 yg sgt baik utk mengendalikan suhu & kelembaban udara. Utk mengurangi bau semen dpt disirami air setiap hari.

Kerangka atap & sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dr kayu- kayu yg kuat, tua & tahan lama, awet, tdk mudah dimakan rengat.

Atapnya terbuat dr genting.

Gedung walet perlu dilengkapi dgn roving room sebagai tempat berputar-putar & resting room sebagai tempat utk beristirahat & bersarang.
Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20x20 atau 20x35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pd kebutuhan & kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur & dinding lubang dicat hitam.

6.2. Pembibitan

Umumnya para peternak burung walet melakukan dgn tdk sengaja. Banyaknya burung walet yg mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh para peternak tersebut. Utk memancing burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah menyiapkan tape recorder yg berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yg melakukan penumpukan jerami yg menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung walet.

1) Pemilihan Bibit & Calon Induk

Sebagai induk walet dipilih burung sriti yg diusahakan agar mau bersarang di dlm gedung baru. Cara utk memancing burung sriti agar masuk dlm gedung baru tersebut dgn menggunakan kaset rekaman dr wuara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan pd jam 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan.


2) Perawatan Bibit & Calon Induk

Di dlm usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet utk ditetaskan pd sarang burung sriti. Telur dpt diperoleh dr pemilik gedung walet yg sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan stlh burung walet m’buat  sarang & bertelur dua butir. Telur walet diambil & dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yg dibuang dlm panen ini dpt dimanfaatkan utk memperbanyak populasi burung walet dgn menetaskannya di dlm sarang sriti.

a. Memilih Telur Walet
Telur yg dipanen terdiri dr 3 macam warna, yaitu :
- Merah muda, telur yg baru keluar dr kloaka induk berumur 0–5 hari.
- Putih kemerahan, berumur 6–10 hari.
- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.

Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014x1,353 cm dgn berat 1,97 gram. Ciri telur yg baik harus kelihatan segar & tdk boleh menginap kecuali dlm mesin tetas. Telur tetas yg baik mempunyai kantung udara yg relatif kecil. Stabil & tdk bergeser dr tempatnya.
Letak kuning telur harus ada ditengah & tdk bergerak-gerak, tdk ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dgn peneropongan. 

b. Membawa Telur Walet
Telur yg didpt dr tempat yg jaraknya dekat dpt berupa telur yg masih muda atau setengah tua. Sedangkan telur dr jarak jauh, sebaiknya berupa telur yg sdh mendekati menetas.
Telur disusun dlm spon yg berlubang dgn diameter 1 cm. Spon dimasukkan ke dlm keranjang plastik berlubang kemudian ditutup.
Guncangan kendaraan & AC yg terlalu dingin dpt mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.

3) Penetasan Telur Walet

a. Cara menetaskan telur walet pd sarang sriti.

Pd saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dgn telur walet. Pengambilan telur harus dgn sendok plastik atau kertas tisue utk menghindr kerusakan & pencemaran telur yg dpt menyebabkan burung sriti tdk mau mengeraminya. Penggantian telur dilakukan pd siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan.

Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti & stlh menetas akan diasuh sampai burung walet dpt terbang serta mencari makan.


b. Menetaskan telur walet pd mesin penetas

Suhu mesin penetas sekitar 400 C dgn kelembaban 70%. Utk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dgn menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didlm cawan tersebut tdk habis.

Telur-telur dimasukan ke dlm rak telur secara merata atau mendata & jangan tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dgn hati-hati utk menghindr kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yg kosong & yg embrionya mati dibuang. Embrio mati tandanya dpt terlihat pd bagian tengah telur terdpt lingkaran darah yg gelap. Sedangkan telur yg embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12.

Selama penetasan mesin tdk boleh dibuka kecuali utk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Stlh 13–15 hari telur akan menetas.

6.3. Pemeliharaan

1) Perawatan Ternak

Anak burung walet yg baru menetas tdk berbulu & sgt lemah. Anak walet yg belum mampu makan sendir perlu disuapi dgn telur semut (kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yg stabil & intensif shg tdk perlu dikeluarkan dr mesin tetas. Stlh itu, temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dgn cara membuka lubang udara mesin.

Stlh berumur 10 hari saat bulu-bulu sdh tumbuh anak walet dipindahkan ke dlm kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dgn alat pemanas yg diletakan ditengah atau pojok kotak.

Stlh berumur 43 hari, anak-anak walet yg sdh siap terbang dibawa ke gedung pd malam hari, kemudian dletakan dlm rak utk pelepasan.
Tinggi rak minimal 2 m dr lantai. Dgn ketinggian ini, anak waket akan dpt terbang pd keesokan harinya & mengikuti cara terbang walet dewasa.

2) Sumber Pakan

Burung walet merupakan burung liar yg mencari makan sendiri. Makanannya adalah serangga-serangga kecil yg ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan & pantai/perairan. Utk mendapatkan sarang walet yg memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan makanan tambahan terutama utk musim kemarau. Beberapa cara utk mengasilkan serangga adalah:
a. menanam tanaman dgn tumpang sari.
b. budidaya serangga yaitu kutu gaplek & nyamuk.
c. m’buat  kolam dipekarangan rumah walet.
d. menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.

3) Pemeliharaan Kandang

Apabila gedung sdh lama dihuni oleh walet, kotoran yg menumpuk di lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tdk dibuang tetapi dimasukan dlm karung & disimpan di gedung.


7.  HAMA & PENYAKIT

1) Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus mendatangkan suara gaduh & kotoran serta air kencingnya dpt menyebabkan suhu yg tdk nyaman. Cara pencegahan tikus dgn menutup semua lubang, tdk menimbun barang bekas & kayu-kayu yg akan digunakan utk sarang tikus.

2) Semut
Semut api & semut gatal memakan anak walet & mengganggu burung walet yg sedang bertelur. Cara pemberantasan dgn memberi umpan agar semut-semut yg ada di luar sarang mengerumuninya. Stlh itu semut disiram dgn air panas.

3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung shg tubuhnya cacat, kecil & tdk sempurna. Cara pemberantasan dgn menyemprot insektisida, menjaga kebersihan & membuang barang yg tdk diperlukan dibuang agar tdk menjadi tempat persembunyian.

4) Cicak & Tokek
Binatang ini memakan telur & sarang walet. Tokek dpt memakan anak burung walet. Kotorannya dpt mencemari raungan & suhu yg ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dgn diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dgn m’buat  saluran air di sekitar pagar utk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin & dicat & lubang-lubang yg tdk digunakan ditutup.


8.  PANEN

Sarang burung walet dpt diambil atau dipanen apabila keadaannya sdh memungkinkan utk dipetik. Utk melakukan pemetikan perlu cara & ketentuan tertentu agar hasil yg diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yg baik. Jika terjadi kesalahan dlm menanen akan berakibat fatal bagi gedung & burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu & pindah tempat. Utk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola & waktu pemanenan.

Pola panen sarang burung dpt dilakukan oleh pengelola gedung walet dgn beberapa cara, yaitu:

1) Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan stlh sarang siap dipakai utk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung walet bagus & total produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tdk baik dlm pelestaraian burung walet karena tdk ada peremajaan.
Kondisinya lemah karena dipicu utk terus menerus m’buat  sarang shg tdk ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil & tipis karena produksi air liur tdk mampu mengimbangi pemacuan waktu utk m’buat  sarang & bertelur.

2) Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan stlh burung m’buat  sarang & bertelur dua butir. Telur diambil & dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dlm setahun dpt dilakukan panen hingga 4 kali & mutu sarang yg dihasilkan pun baik karena sempurna & tebal.

Adapun kelemahannya yakni, tdk ada kesempatan bagi walet utk menetaskan telurnya.

3) Panen Penetasan
Pd pola ini sarang dpt dipanen ketika anak-anak walet menetas & sdh bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sdh mulai rusak & dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dpt berkembang biak dgn tenang & aman shg polulasi burung dpt meningkat.

Adapun waktu panen adalah:

1) Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sdh kerasan dgn rumah yg dihuni & tlah padat populasinya. Cara yg dipakai yaitu panen pertama dilakukan dgn pola panen rampasan. Sedangkan utk panen selanjutnya dgn pola buang telur.


2) Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sgt baik utk gedung walet yg sdh berjalan & masih memerlukan penambahan populasi. Cara yg dipakai yaitu, panen tetasan utk panen pertama & selanjutnya dgn pola rampasan & buang telur.

3) Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pd awal pengelolaan, karena tujuannya utk memperbanyak populasi burung walet.


9.  PASCAPANEN

Stlh hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan & penyortiran dr hasil yg didapat. Hasil panen dibersihkan dr kotoran- kotoran yg menempel yg kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yg bersih dgn yg kotor.



10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya burung walet di daerah Jawa Barat tahun 1999:

1) Modal tetap
a. Gedung                                           Rp. 13.000.000,-
b. Renovasi gedung                                  Rp. 10.000.000,-
c. Perlengkapan                                     Rp.   500.000,-
Jumlah modal tetap                                  Rp. 23.500.000,-
Biaya penyusutan/bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bln ( 5 th)    Rp.   391.667,-

2) Modal Kerja
a. Biaya Pengadaan
- Telur Walet 500 butir @ Rp. 5.000,-              Rp.   500.000,-
- Transportasi                                    Rp.   100.000,-
- Makan                                          Rp.    50.000,-
b. Biaya Kerja
- Pelihara kandang/bln@ Rp. 5000,- x 3 bln        Rp.   15.000,-
- Panen                                          Rp.   20.000,-
Jumlah biaya 1x produksi:Rp. 650.000,-+Rp. 35.000,-  Rp.  685.000,-

3) Jumlah modal yg dibutuhkan pd awal Produksi
a. Modal tetap                                       Rp. 13.500.000,-
b. Modal kerja 1x Produksi                           Rp.  685.000,-

Jumlah modal                                       Rp. 14.185.000,-

4) Kapasitas produksi utk 5 tahun 1 kali produksi :
a sarang burung walet menghasilkan 1 kg
b sarang burung sriti menghasilkan 15 kg
c utk 1 tahun, 4 kali produksi, menghasilkan :
- sarang burung walet 4 kg
- sarang burung sriti 60 kg
d utk 5 tahun, 20 kali produksi, menghasilkan :
- sarang burung walet 20 kg
- sarang burung sriti 300 kg

5) Biaya produksi
a. Biaya tetap per bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bulan   Rp.    391.667,-
b. Biaya tdk tetap                                   Rp.    685.000,-
Total Biaya Produksi per bulan                        Rp.  1.076.667,-
Jumlah produksiRp.1.076.667:16 kg (walet & sriti)        Rp.     67.292,-

6) Penjualan
a. sarang burung walet 1 kg                          Rp. 17.000.000,-
b. sarang burung sriti 15 kg                           Rp. 3.000.000,-
Utk 1 kali produksi                                 Rp. 20.000.000,-
Utk 5 tahun
a. sarang burung walet 20 kg                         Rp. 340.000.000,-
b. sarang burung sriti 300 kg                          Rp. 60.000.000,-
Jumlah penjualan                                    Rp. 400.000.000,-

7) Break Even Point
a. Pendapatan selama 5 Tahun                       Rp. 400.000.000,-
b. Biaya produksi selama 5 th Rp. 1.076.667 x 60 bln      Rp. 64.600.000,-
c. Keuntungan selama 5 tahun                        Rp. 335.400.000,-
d. Keuntungan bersih per produksi 335.400.000 : 60 bln    Rp.  5.590.000,-
e. BEP                                              232.919

8) Tingkat Pengembalian modal 3 bulan (1 x produksi)



10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yg bernilai tinggi. Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sgt besar & masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang banyaknya budidaya burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yg tlah ada merupakan produksi dr sarang-sarang alami. Budidaya sarang burung walet sgt menjanjikan bila dikelola dgn baik & intensif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar